TNI VS POLRI
Banyak di antara kita yang emosi mengomentari pernyataan dari Neta S. Pane (Indonesia Police Watch–IPW) seperti yang dimuat di http://www.news.okezone.com. Pane menyatakan bahwa latihan gabungan anti teror antara TNI dan Polri adalah sia-sia karena tidak berdasarkan fakta dan trend ancaman terorisme saat ini. Pane mengatakan latihan gabungan kali ini tidak relevan dengan trend ancaman terrorisme yang cenderung bergaya pemboman, khususnya bom bunuh diri.
Sehingga apabila latihan yang dilakukan lebih bergaya trend yang marak terjadi beberapa dekade lampau yaitu terorisme disertai dengan penyanderaan maka tampaknya sia sia. Tentu ini debatable. Saya tidak akan membenarkan dan menyalahkan pernyataan ini tetapi ingin juga memberikan perspektif yang lebih kurang mirip dengan peryataan Pane ini yaitu tentang penggabungan dua institusi yang berbeda doktrin yaitu kepolisian dan militer menangani teroris secara bersama-sama dengan tugas dan tanggung jawab yang tampaknya juga dipikul rata adalah menyimpan problem. Militer dan kepolisian adalah dua institusi yang mempunyai doktrin amat berbeda, sehingga apabila digerakkan dalam satu satuan komando harus jelas mengatur mekanisme dan prosedur pengerakkannya.
Satuan penanggulangan teror TNI seharusnya digerakkan setelah Polri mempunyai keterbatasan dalam upaya penindakan terorisme. Dengan demikian latihan ini diharapkan akan juga melatihkan mekanisme tentang kapan satuan Gultor TNI digerakkan. Meski kita harus akui latihan gabungan yang sudah dilakukan mempunyai dampak yang signifikan dalam peningkatan kerja sama dan profesionalisme kedua institusi, namun evaluasi latihan juga amat penting untuk perbaikan di masa yang akan datang. Baca lebih lanjut